Gangguan Spektrum Autistik (GSA) atau Autism Spectrum Disorders

Dokter Amud - Kondisi autisme kini sudah luas dikenal oleh masyarakat terutama dengan adanya Hari Autisme Sedunia yang diperingati pada setiap tanggal 2 April.

Pengertian Gangguan Spektrum Autistik Menurut WHO
Gangguan Spektrum Autistik ( GSA ) atau Autism Spectrum Disorders (ASD) menurut World Health Organization adalah sekumpulan kelainan perkembangan otak yang kompleks.

Istilah ini meliputi keadaan autisme dan sindroma Asperger. Gangguan-gangguan ini ditandai oleh kesulitan dalam berinteraksi sosial dan komunikasi, juga adanya suatu ketertarikan yang terbatas dan berulang-ulang dalam suatu aktivitas. autisme dapat terjadi pada anak siapa saja, tidak ada perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan etnis.

Epidemiologi Autisme
Di Indonesia belum ada data yang pasti mengenai jumlah penyandang autisme ini namun pemerintah merilis data jumlah anak penyandang autisme di kisaran 112 ribu jiwa pada tahun 2010 lalu. Sementara prevalensi autisme meningkat dari 1:1.000 kelahiran di awal tahun 2000 menjadi 1,68:1.000 kelahiran di tahun 2008. Menurut World Health Organization ada 1 anak dengan Autism Spectrum Disorders diantara 160 anak.

Penyebab Autisme

Tidak ada yang tahu secara pasti apa yang menjadi penyebab autisme namun ada beberapa faktor yang bisa dijadikan sebagai faktor resiko antara lain:

Faktor Risiko Autisme
  • Memiliki saudara kandung dengan Autism Spectrum Disorders.
  • Memiliki orangtua dengan usia lanjut.
  • Memiliki kondisi genetik tertentu seperti Down Syndrome, fragile X Syndrome, dan Rett syndrome.
  • Berat badan lahir sangat rendah.


Evaluasi dan Diagnosis Autisme

Untuk menilai adanya autism spectrum disorders pada anak bayi tidaklah suatu hal yang mudah. Namun pada umumnya penilaian sudah dapat dilakukan dengan baik pada saat anak menginjak usia 2 tahun dengan cara mengobservasi perilaku dan tumbuh kembangnya. Anak dengan autisme dapat tumbuh dan kembang secara normal hingga ia berusia 2 tahun.

Setelah itu ada yang mulai menampakkan tanda-tanda gangguan. Namun, anak yang mengalami autisme setelah melewati usia 2 tahun, pada saat masih bayinya juga bisa mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang. Pada anak-anak autistik, dapat terjadi keterlambatan perkembangan di bidang komunikasi, keterampilan sosial dan pemahaman.

Perilaku disfungsional juga mulai timbul seperti stimulasi diri yaitu perilaku yang berulang-ulang dan tanpa tujuan contohnya seperti bergoyang-goyang ke depan-belakang (rocking), mengepak-ngepakkan tangannya (hand flapping), melukai diri sendiri (misalnya menggigiti tangan atau membentur-benturkan kepala), masalah tidur dan makan, kontak mata buruk, kebal terhadap rasa sakit, hiperaktif, dan tidak dapat memperhatikan suatu hal.

Tanda dan Gejala Autisme

Gejala-gejala autisme akan tampak semakin jelas setelah anak mencapai usia 3 tahun, yaitu berupa:
  • Gangguan komunikasi verbal maupun non-verbal (terlambat bicara, banyak meniru).
  • Gangguan dalam interaksi sosial (tidak menengok jika dipanggil, menjauh jika diajak main dan tampak fokus dalam suatu hal yang tidak bisa diganggu).
  • Gangguan dalam berperilaku (Pada anak autistik terlihat adanya perilaku yang berlebihan dan kekurangan secara motorik).
  • Gangguan dalam Emosi (kurangnya rasa empati, tertawa sendiri, sering mengamuk).
  • Gangguan dalam Persepsi Sensoris ( Mencium atau menjilat benda apa saja, tidak menyukai rabaan, bila mendengar suara keras langsung menutup telinga).
  • Penyandang autisme dapat mengalami gangguan terhadap satu atau beberapa inderanya, yaitu meliputi pendengaran, penglihatan, taktil (rabaan), pengecapan, keseimbangan, penciuman, dan vestibular (penginderaan pada otot, urat/tendon, sendi, dan organ keseimbangan, yang mendeteksi gerakan serta posisi tubuh dan anggota badan).
  • Penyandang autisme kerap ditemui dengan keadaan marah atau mengamuk di tempat umum. Hal ini dapat dikarenakan kesulitannya dalam memahami atau mengatasi situasi yang baru

Diantara gangguan-gangguan tersebut, penyandang autisme memiliki kegigihan yang tinggi. Ia akan terus melakukan suatu hal yang biasanya berulang terus menerus meskipun gagal, ia akan terus mencobanya tanpa menyerah namun ia dapat mengalami kebingungan dan mengamuk bila pola alurnya berubah dari yang ia kenal biasanya.

Tahap Diagnosis Autisme

The American Academy of Pediatrics merekomendasikan beberapa tahap dalam mendiagnosa Autisme yaitu saat melakukan kontrol rutin kesehatan anak pada usia-usia tertentu.
Tahap pertama:
Semua anak dilakukan skrining terhadap adanya keterlambatan tumbuh kembang pada usia 9 sampai 18 bulan dan usia 24 atau 30 bulan dan khususnya pemeriksaan autisme pada usia 18 dan 24 bulan.

Tahap kedua:
Evaluasi tambahan. Tahap ini merupakan kerjasama antar disiplin ilmu yang merupakan suatu tim pemeriksa. Tim dapat terdiri dari dokter spesialis anak yang menangani masalah tumbuh kembang anak, Psikolog ataupun psikiater anak yang ahli dalam masalah perkembangan otak dan perilaku, dokter yang fokus menangani masalah neurodevelopmental, terapis wicara untuk menangani masalah komunikasi.

Penilaian dilakukan terhadap beberapa hal antara lain kemampuan kognitifnya atau tingkatan berpikirnya, kemampuan berbahasa, kemampuan dasar sesuai dengan usianya misalnya berpakaian, makan dan membersihkan diri.

Pada usia dewasa, mendiagnosa keadaan Autism Spectrum Disorders lebih sulit daripada pada masa kanak-kanak. Karena pada usia dewasa gejala yang timbul bisa bertumpang tindih dengan gejala gangguan mental lainnya seperti ansietas atau attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). 

Penyandang Autism Spectrum Disorders usia dewasa dapat diperiksa oleh dokter neuropsikologis, psikolog maupun psikiatris yang berpengalaman menangani masalah Autism Spectrum Disorders. Hal-hal yang diperiksa pada pasien dewasa antara lain mengenai interaksi sosial dan masalah komunikasi, masalah gangguan sensorik, masalah perilaku yang berulang-ulang (repetitive behavior) dan masalah keterbatasan keinginan.

Autism Spectrum Disorders tidak jarang disertai dengan gangguan kesehatan lainnya, maka itu pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan seperti pemeriksaan darah dan pemeriksaan pendengaran atau pemeriksaan lainnya menurut kecurigaan yang menyertai.

Pengobatan Autisme

Pemberian obat-obatan mungkin dilakukan pada kasus Autism Spectrum Disorders. Karena pada keadaan ini bisa terjadi berbagai gejala seperti adanya ansietas, depresi, hiperaktif dan lain-lain yang membutuhkan pengobatan. Pada penyandang autisme bisa juga mengalami gangguan kesehatan lainnya layaknya kesehatan manusia pada umumnya.

Selain pengobatan, penyandang autisme juga seharusnya diberikan terapi agar ia bisa beradaptasi dan melakukan kegiatan dasar dalam hidupnya. Terapi yang dilakukan bertujuan agar ia dapat melakukan kegiatan dasar dan mampu hidup mandiri , bisa mengatasi kesulitan berkomunikasi nya, membangun kekuatan fisiknya, dan mengurangi gangguan-gangguan perilakunya.

Para penyandang autisme masih hidup dengan stigma yang tidak baik di dalam masyarakat. Bukan hanya di Indonesia namun di negara maju pun masih ada stigma negatif tentang autisme. Penyandang autisme dianggap sebagai beban hidup di dalam keluarga dan masyarakat.

Orangtua yang merasa malu dengan keadaan anaknya seringkali tidak memeriksakan keadaan ini hingga berlarut-larut. Padahal autisme haruslah segera diberikan terapi untuk hasil akhir yang lebih baik. Maka itu World Health Oganization berusaha agar para pemerintah memperhatikan hak-hak penyandang autism di Negara-negara di dunia.

Pemberian pengetahuan dan pendidikan bagi masyarakat khususnya bagi keluarga dan pendidik penyandang autisme sangatlah penting. Adanya seminar-seminar dan organisasi yang mendukung autisme juga diperlukan untuk memberikan diskusi grup ataupun pendidikan dan pelatihan kepada orangtua dan lingkungan.

Daftar Pustaka Makalah Autisme

World Health Organization, 2016. Questions and answers about autism spectrum disorders (ASD).
https://www.who.int/features/qa/85/en/ (diakses pada 5 Februari 2019)
Universitas Gadjah Mada, 2018. Tenaga Ahli Autisme di Indonesia Masih Terbatas.
https://ugm.ac.id/id/news/15966-tenaga.ahli.autism... (diakses pada 5 Februari 2019)
Universitas Gadjah Mada, 2018. Tenaga Ahli Autisme di Indonesia Masih Terbatas.
https://ugm.ac.id/id/news/15966-tenaga.ahli.autism... (diakses pada 5 Februari 2019)
The National Institute of Mental Health, 2018. Autism Spectrum Disorder.
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/autism-spec... (diakses pada 5 Februari 2019)
Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2018. HARI PEDULI AUTISME SEDUNIA: KENALI GEJALANYA, PAHAMI KEADAANNYA. 
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31...nia-kenali-gejalanya-pahami-keadaannya (diakses pada 5 Februari 2019)

Sumber:

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter