Pendekatan Diagnosis dan Penatalaksanaan Skabies

Pendekatan diagnosis dan tatalaksana terapi skabies - Blog Dokter Amud.
Pengertian Skabies
Definisi skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit Sarcoptes scabiei var. hominis. Prevalensinya secara umum diperkirakan 300 juta kasus per tahun.

Review Penyakit Skabies

Epidemiologi Skabies
Di negara-negara maju, penyakit ini menambah beban ekonomi dalam pembiayaan jaminan kesehatan nasional. Berdasarkan studi epidemiologis di Amerika Serikat, skabies lebih banyak ditemukan di daerah padat penduduk, pada perempuan dan anak-anak, serta umum terjadi pada musim dingin daripada musim semi.

Sementara itu, World Health Organization (WHO) menyatakan angka kemunculan skabies tertinggi terjadi di negara-negara dengan iklim tropis dimana skabies menjadi penyakit endemis, khususnya pada komunitas masyarakat yang padat dan miskin.

Skabies merupakan penyakit yang dapat ditemukan di berbagai negara dimana setiap ras dan golongan sosioekonomi dapat mengalaminya.

Faktor Risiko Skabies
Beberapa faktor risiko munculnya skabies, antara lain masyarakat yang hidup dalam kelompok padat seperti asrama atau pesantren, higiene yang buruk, sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan hubungan seksual yang bersifat promiskuitas.

Cara Penularan Skabies
Penularan skabies dapat terjadi melalui:
  • kontak langsung (kulit dengan kulit) yang cukup lama dengan penderita, misalnya tidur bersama, berhubungan seksual;
  • kontak tidak langsung (benda) dengan menggunakan perlengkapan bersama penderita, misalnya alat mandi, alat tidur, pakaian.


Etiologi dan Patogenesis Skabies

Etiologi skabiesSarcoptes scabiei merupakan tungau kecil berbentuk oval dengan punggung cembung dan perut rata. Tungau ini digolongkan ke dalam filum Arthropoda, kelas Arachnidae, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. Sarcoptes scabiei var. hominis hidup pada manusia, sedangkan varian lainnya ditemukan pada binatang seperti kambing dan babi.

Ukuran tungau betina sekitar 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan berukuran lebih kecil sekitar 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa tungau ini memiliki 4 pasang kaki dimana 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, 2 pasang kaki kedua berakhir dengan rambut pada betina, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan pasangan keempat berakhir dengan alat perekat.

Cara penularan penyakit skabies
gambar siklus hidup Sarcoptes scabiei

Tungau jantan akan mati setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit. Sementara itu, tungau betina yang telah dibuahi (dapat hidup sampai sekitar satu bulan) akan menggali terowongan pada stratum korneum sambil meletakkan telur 2-4 butir per hari.

Telur akan menetas dalam 3-5 hari dan kemudian menjadi larva yang memiliki tiga pasang kaki. Larva tersebut dapat tinggal di dalam atau keluar dari terowongan. Larva akan menjadi nimfa (jantan dan betina) dalam 2-3 hari dengan empat pasang kaki.

Keseluruhan siklus hidupnya memerlukan waktu 8-15 hari. Meskipun siklus hidupnya terjadi lengkap pada tubuh hospes, tungau ini masih bisa hidup pada permukaan benda, seperti alas tidur dan pakaian, pada suhu ruangan selama 2-3 hari dengan kemampuan infestasi dan menggali yang baik. Pada suhu di bawah 20°C, tungau ini bersifat immobile meskipun tetap dapat bertahan selama beberapa waktu.

Kelainan kulit pada skabies terjadi akibat infestasi parasit dan reaksi hipersensitivitas hospes terhadapnya. Transmisi umumnya terjadi melalui perpindahan tungau betina yang sedang hamil. Masa inkubasi sebelum muncul gejala adalah 2-6 minggu untuk infestasi primer, tetapi bisa lebih cepat sekitar 1-4 hari pada keadaan reinfestasi (infestasi berulang).

Orang dengan infestasi primer bisa saja tidak memiliki gejala (disebut sebagai carrier), tetapi tetap dapat mentransmisikan parasit. Sekitar 15-20 ekor tungau betina tinggal pada hospes yang terinfestasi, tetapi jumlahnya dapat mencapai ratusan sampai jutaan pada skabies berkrusta. Semakin banyak tungau yang terdapat pada seseorang, semakin besar risiko penularan dari orang tersebut kepada orang lain.

Gejala klinis pada penyakit skabies klasik
gambar gejala klinis penyakit skabies
gambar untuk keperluan infomasi medis

  • multipel papul pada sela-sela jari.
  • papul dan ekskoriasi pada genitalia pria.
  • papul pada puting dan areola mamae wanita.
  • bentuk terowongan linear dengan vesikel di ujungnya.
  • krusta dan ekskoriasi akibat menggaruk terus-menerus.


Cara Penegakan Diagnosis Skabies

Diagnosis skabies - Terdapat 4 tanda kardinal dalam mendiagnosis skabies, antara lain:
  1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari), terjadi sebagai reaksi alergi (respon imun hospes) terhadap keberadaan protein dan feses tungau;
  2. menyerang manusia secara berkelompok;
  3. ditemukan terowongan (kunikulus) yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, dan terdapat papul atau vesikel pada ujung terowongan. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat ditemukan pustul, krusta, ekskoriasi, dan lain-lain. Tempat predileksi skabies biasanya pada stratum korneum yang tipis, seperti sela- sela jari, pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mamae dan di bawah payudara (wanita), genitalia eksterna (pria), serta telapak tangan dan kaki (bayi);
  4. ditemukan tungau dengan pemeriksaan mikroskopik.

Diagnosis umumnya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan memerhatikan tanda-tanda kardinal. Ditegakkan skabies bila terdapat minimal 2 dari 4 tanda tersebut. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan mikroskopik pada kerokan kulit dimana dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau tersebut.

Pada skabies berkrusta (skabies Norwegia), kelainan kulit berupa dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku distrofik, serta skuama kasar generalisata.. Bentuk ini sangat menular mengingat banyaknya jumlah tungau pada penderitanya. Penyakit ini dapat muncul pada orang lanjut usia, gangguan imunologik, dan lainnya. 

Diagnosis morfologi khusus skabies
gambar untuk kepentingan informasi medis

  • skabies pada bayi.
  • superinfeksi pada skabies, berupa impetigo.
  • papul atipikal pada pasien lanjut usia.
  • hiperkeratotik kuku kaki pada pasien wanita muda yang menderita skabies berkrusta; diketahui pasien sedang dalam terapi obat imunosupresif paska-transplantasi ginjal.
  • skabies berkrusta pada sela-sela jari tangan dan telapak kaki.


Diagnosis Banding Skabies

Skabies dapat menyerupai penyakit kulit lain dengan keluhan gatal sehingga dikatakan sebagai the great immitator. Diagnosis bandingnya adalah pioderma, impetigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.

Komplikasi Skabies

Infeksi kulit sekunder dapat terjadi akibat garukan yang terus-menerus, seperti oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. Kadang-kadang superinfeksi oleh Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan inflamasi diperantarai sistem imun pada ginjal yang disebut glomerulonefritis akut post-streptokokus (GNAPS), gagal ginjal kronis, dan bahkan penyakit jantung reumatik.

Kerusakan ginjal dapat ditemukan sekitar 10% pada anak-anak penderita skabies di daerah miskin dan, pada banyak kasus, keadaan ini menetap selama bertahun-tahun sehingga menimbulkan kerusakan ginjal permanen. Pada komunitas suku Aborigin di pedalaman Australia, skabies yang merupakan penyakit endemis di sana berhubungan dengan tingginya kejadian gagal ginjal dan penyakit jantung reumatik.

Skabies dapat menyebabkan sepsis pada beberapa kasus yang didahului dengan timbulnya pioderma, termasuk impetigo dan selulitis. Stafilokokus dan streptokokus yang terdapat dalam lesi juga dapat menimbulkan pielonefritis, abses, pneumonia piogenik, sepsis, dan kematian.

Penatalaksanaan dan Terapi Skabies

Pengobatan skabies - Pencegahan dini terhadap skabies adalah melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan dengan cara:
  1. menghindari kontak langsung dengan penderita skabies;
  2. tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama;
  3. mengganti alas tidur atau perlengkapan lain bila pernah digunakan oleh penderita skabies.

Penatalaksanaan medikamentosa harus dilakukan serentak dan menyeluruh pada seluruh kelompok orang yang ada di sekitar penderita skabies. Pilihan terapi topikal pada pasien skabies, antara lain:
  1. salep 2-4 (mengandung sulfur 4%): dioleskan di seluruh tubuh selama 3 hari berturut-turut, dipakai setiap selesai mandi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
  2. krim permetrin 5%: dioleskan di seluruh tubuh, lalu krim dibersihkan dengan sabun setelah 10 jam pemakaian. Hanya sekali pakai, tetapi dapat diulangi setelah seminggu bila belum sembuh. Tidak dianjurkan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
  3. krim gameksan (gama benzena heksaklorida) 1%: digunakan langsung pada tempat lesi skabies dan daerah sekitarnya. Hanya sekali pakai, tetapi dapat diulangi setelah seminggu bila keluhan belum membaik. Tidak dianjurkan pada anak berumur kurang dari 6 tahun dan wanita hamil.


Beberapa pasien membutuhkan terapi tambahan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, antara lain:
  • antihistamin, untuk mengendalikan rasa gatal dan menimbulkan rasa kantuk sehingga penderita bisa tidur ;
  • antibiotik, untuk mengatasi infeksi sekunder;
  • steroid krim, untuk mengurangi pembengkakkan, kemerahan, dan gatal.


Kriteria Rujukan
Penderita skabies dirujuk bila keluhan masih dirasakan setelah 1 bulan menjalani terapi.

Konseling dan Edukasi
Konseling sebaiknya dilakukan kepada penderita dan orang-orang dalam komunitasnya. Hal ini bertujuan untuk mengeradikasi skabies dengan melibatkan semua pihak. Konseling diarahkan supaya penderita dan orang sekitarnya menjalani pengobatan dengan benar serta bekerja sama membersihkan benda-benda yang berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit.

Penderita dan orang sekitarnya perlu diedukasi untuk membersihkan perlengkapan tidur, pakaian, dan benda lain yang kontak dengannya sejak 3 hari sebelum pengobatan. Hal ini dilakukan pada hari pengobatan dimulai. Pembersihan dilakukan dengan mencuci perlengkapan tersebut dengan mesin cuci menggunakan air panas dan dikeringkan dengan mesin pengeringnya.

Perlengkapan yang tidak bisa dicuci-kering atau dilaundri dapat dibersihkan dengan menyimpannya pada plastik tertutup selama beberapa hari sampai seminggu karena tungau tidak bertahan hidup lebih dari tiga hari di luar kulit manusia.

Ruangan tempat penderita skabies tinggal seharusnya dibersihkan dan divakum pada hari memulai pengobatan. Penggunaan pestisida semprot atau fogging pada lingkungan sekitar tidak perlu dilakukan.

Prognosis Skabies

Prognosis umumnya bonam. Bila pemilihan dan cara pemakaian obat, syarat pengobatan, serta tatalaksana terhadap lingkungan sekitar dilakukan dengan baik, penyakit ini sebenarnya dapat diberantas. Pasien dengan status imunitas lemah cenderung mengalami skabies berkrusta sehingga berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk.

Baca juga referat tentang skabies:

Daftar Pustaka Makalah Skabies

https://www.cdc.gov/parasites/scabies/epi.html. Diakses 20 Desember 2017.
Chosidow O. (2006). Scabies. The New England Journal of Medicine; 354: 1718–27.
World Health Organization. Scabies [internet]. Diunduh dari
http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/scabies/en/. Diakses 21 Desember 2017.
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Skabies. Dalam: Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi 1, cetakan 2. hal. 302–4.
Handoko RP. (2010). Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5, cetakan 5. hal. 122–5.
American Academy of Dermatology. Scabies [internet]. Diunduh dari
https://www.aad.org/public/diseases/contagious-skin-diseases/scabies. Diakses 20 Desember 2017.
Barry M. (2017). Scabies [internet]. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/1109204-overview#showall. Diakses 21 Desember 2017.

Sumber:

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter